Beberapa perusahaan tengah mengincar peluang cuan pada ekspor pelet kayu (wood pellet). Berbicara tentang ekspor pelet kayu di Indonesia cukup menarik karena dunia perlahan-lahan mulai beralih dari batu bara ke energi terbarukan. Apabila Indonesia ingin mengekspor pelet kayu, maka perlu menilik peluang serta tantangan yang akan dihadapi.

Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui bahwa pelet kayu merupakan hasil pengolahan serbuk dari limbah kayu yang kemudian dipadatkan menjadi bentuk pelet dan digunakan oleh berbagai sektor industri makanan, industri kaca, dan lain-lain. Jika ingin mengetahui pengertiannya lebih lanjut, kamu bisa membaca artikel Pelet Kayu: Pengertian, Keunggulan, dan Peluang Bisnis.

Bisnis wood pellet cukup menjanjikan dengan adanya negara-negara yang beralih menggunakan energi terbarukan ramah lingkungan. Penyebabnya karena selama ini pemanfaatan sumber energi tak terbarukan paling banyak dilakukan seperti pemakaian minyak bumi, fosil, gas alam, dan batu bara. Namun, penggunaannya dalam jumlah banyak mengakibatkan ketersediaannya terbatas sehingga perlu pengganti alternatif lainnya.

Salah satu alternatif yang hadir untuk menggantikan energi tak terbarukan adalah pelet kayu. Bukan hanya sebagai pengganti namun juga digunakan dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca.

Peluang Ekspor Pelet Kayu

Pada umumnya, wood pellet terbuat dari bahan baku limbah kayu seperti serpihan, serutan, hingga serbuk gergaji. Bahan-bahan tersebut dapat ditemukan di industri furnitur dan berbagai produk hasil hutan lainnya.

Produksi wood pellet di Amerika Serikat memakai bahan baku yang diambil dari kayu yang bernilai rendah yang tidak dapat digunakan untuk memproduksi kayu. Contohnya, residu penebangan, kayu dari penjarangan, dan kayu lainnya yang berkualitas rendah dan tidak memiliki nilai di pasaran. Berbagai bahan tersebut diolah menjadi pelet kayu yang memiliki nilai. Oleh karena itu, pada tahun 2021, Amerika Serikat tercatat menjadi negara pengekspor pelet kayu terbesar di dunia dengan volume ekspor lebih dari 7,5 juta metrik ton.

Sementara di Uni Eropa, produksi dan perdagangan wood pellet mengalami peningkatan signifikan sejak tahun 2008. Adanya dorongan pengurangan emisi CO2 mempengaruhi hal tersebut. Kini, Eropa menjadi produsen dan pemasok tetap pelet kayu terbesar di dunia dengan menguasai 51% pasar.

Indonesia sebenarnya memiliki peluang yang besar. Mengingat di Indonesia memiliki banyak daerah perhutanan sehingga limbah yang dihasilkan dari hutan melimpah. Faktor penentu peluang ekspor pelet kayu di Indonesia dan dukungan pemerintah untuk meningkatkan ekspor didasarkan pada 4 hal, yaitu

1. Kondisi Permintaan

Permintaan pasar pelet kayu mulai meningkat di negara Eropa dan sebagian wilayah Asia. Selain itu, ada kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca dan penggunaan energi terbarukan berdasarkan Protokol Paris. Kedua tersebut merupakan kesempatan bagi pabrik pelet kayu di Indonesia untuk mengekspor produksinya.

Harga jual wood pellet di Indonesia juga cenderung lebih murah daripada negara pesaing lainnya. Harganya berkisar Rp3.500,- per kilogram namun di setiap daerah bisa berbeda harganya.

2. Faktor Kondisi

Kondisi alam di Indonesia sudah populer dengan banyaknya hutan. Dari hutan-hutan tersebut dapat menghasilkan bahan kayu yang melimpah untuk membuat pelet kayu. Tidak hanya itu saja, lahan tanamnya juga sangat luas apabila dibandingkan dengan Vietnam. Terlebih, garis khatulistiwa melintasi kawasan Indonesia sehingga menjadi negara tropis yang mudah ditumbuhi pepohonan seperti akasia dan eukaliptus.

Apabila bahan utama habis, Indonesia juga memiliki alternatif bahan lainnya untuk membuat pelet kayu. Mulai dari sisa tanaman padi, kapas, dan banyak lagi.

3. Industri Terkait Beserta Pendukungnya

Pemerintah mendukung adanya pengurangan emisi gas karbon dioksida dengan menggunakan energi terbarukan, yaitu pelet kayu. Pemerintah memberikan kemudahan dalam mengurus SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) untuk membuka jalan produksinya. Adanya program pengelolaan hutan sosial juga menjadi bentuk dukungan. Hal tersebut dilakukan dengan harapan produknya dapat diterima di pasar Eropa.

4. Strategi Perusahaan, Kestrukturan, dan Persaingan

Ketatnya persaingan pasar pelet kayu dengan negara-negara ASEAN diperlukan strategi yang optimal. Di Indonesia sendiri, pemberdayaan dilakukan pada usaha kecil dan menengah untuk ekspor pelet kayu. Langkah tersebut diambill karena kini banyak usaha kecil dan menengah yang memiliki potensi besar.

Tantangan Ekspor Pelet Kayu

Dari keempat faktor, dapat terlihat bahwa Indonesia mampu bersaing dengan Vietnam dalam melakukan pemasaran ke berbagai negara. Mengingat negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat tidak sepenuhnya bisa memenuhi permintaan pasar.

Di lingkup Asia sendiri, konsumen yang paling banyak membutuhkan energi terbarukan seperti pelet ini di antaranya adalah Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Untuk mampu bersaing sebagai pemasok, Indonesia mempunyai dua tantangan yang harus diperhatikan.

1. Kualitas Produk

Faktor utama yang menentukan produk diterima atau tidak adalah dari kualitas wood pellet. Bahan baku yang digunakan untuk membuat pelet tersebut haruslah berkualitas dengan dilakukan penjaminan mutu sebelumnya.

2. Jarak Pengiriman

Jauhnya jarak pengiriman negara-negara pengimpor dapat menghambat ekspor wood pellet. Biaya pengiriman lewat kapal juga fluktuatif. Akan tetapi, hal tersebut masih bisa diatasi dengan menjalin kerja sama penanaman modal di bidang ini.

Peluang ekspor pelet kayu di Indonesia harus dimanfaatkan meskipun banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan tersebut bukan menjadi penghalang namun justru bisa menjadi pemicu munculnya inovasi baru dalam memproduksi pelet kayu. Seperti penciptaan mesin yang digunakan untuk mencetak pelet harus yang berkualitas. Mesin pelet biomassa dari Zvezda dapat menjadi pilihan mesin pencetak pelet kayu yang berkualitas. Keunggulannya adalah ramah lingkungan serta pembakarannya optimal. Kamu bisa mengunjungi laman zvezda.id untuk detail produknya!