Ikan lele memiliki berbagai jenis yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi ikan lele yang luas di Indonesia, membuat ketersediaannya melimpah. Lele juga kaya protein dan rasanya gurih sehingga cocok dengan lidah masyarakat lokal. Namun, tidak semua jenis ikan lele dapat dikonsumsi dan dibudidayakan. Hanya jenis-jenis ikan lele tertentu yang bisa dipelihara sekaligus dibudidayakan untuk tujuan konsumsi. Jenis-jenis lele tersebut umumnya memiliki kelebihan seperti kebal penyakit dan pertumbuhannya cepat.

Ikan lele termasuk jenis ikan yang hidup di air tawar. Di perairan yang bebas, lele dapat hidup di genangan-genangan air yang tenang seperti rawa, danau, dan daerah sungai yang agak terlindungi. Umumnya, ikan ini memilih tempat yang teduh karena hidupnya secara nokturnal, yaitu aktif di malam hari.

Dari penjelasan sebelumnya, para pembudidaya perlu tahu apa saja jenis-jenis ikan lele yang merupakan produk asli lokal. Yuk, kita pelajari bersama!

Jenis-Jenis Ikan Lele Lokal

Untuk mengembangkan jenis ikan lele, di Indonesia ada beberapa jenis yang terkenal sebagai varietas ternak. Jenis lele ini berasal dari yang ditemukan di air tawar maupun hasil persilangan lele. Berikut adalah jenis lele yang telah dirangkum dari banyak sumber.

Ikan Lele Jawa

Nama lain dari ikan lele jawa adalah lele lokal. Budidaya ikan ini telah lama dikenal oleh para pembudidaya karena mudah ditemui di sungai dan rawa-rawa. Ciri-cirinya adalah mempunyai tubuh kecil, warna hitam kehijauan, dan memiliki patil beracun di kedua pangkal sirip dadanya.

Di Indonesia, ada 3 jenis lele jawa, yaitu lele hitam, lele putih, dan lele merah. Dari ketiganya, hanya lele hitam yang layak untuk dikonsumsi. Sedangkan untuk lele putih dan merah cenderung dibudidayakan sebagai ikan hias.

Akan tetapi, jenis lele ini sudah jarang dibudidayakan karena kurang menguntungkan. Alasannya karena pertumbuhannya dapat dibilang sangat lambat. Selain itu, nilai Food Conversion Ratio (FCR)-nya tinggi sehingga memerlukan lebih dari satu kilogram pakan untuk menghasilkan satu kilogram daging dalam satu siklus budidaya. Baca artikel tentang FCR Ikan Lele untuk pembahasan tentang rasio pakan lebih lengkap.

Ikan Lele Dumbo

Jenis ini merupakan hasil persilangan lele Taiwan dan lele Afrika yang pertama kali dikembangkan di Indonesia pada 1985. Pada masa itu, pemerintah sangat mendukung komoditas lele dumbo untuk memperbaiki tingkat budidaya lele di Indonesia.

Ciri-ciri lele dumbo adalah memiliki warna hitam kehijauan, tapi jika stres akan timbul bercak hitam atau putih di badannya. Kemudian, patilnya tidak mengandung racun sehingga aman. Kelebihannya adalah hanya butuh 2-3 bulan saja untuk tumbuh besar.

Ikan Lele Sangkuriang

Lele ini dimakan Sangkuriang karena hasil penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor di tahun 2004. Jenis ini hasil dari lele dumbo betina generasi kedua (F2) dan lele dumbo jantan generasi keenam (F6) yang berasal dari indukan lele dumbo asli. Jadilah, tercipta lele sangkuriang karena kualitas lele dumbo yang semakin menurun.

Jenis lele ini bisa menghasilkan butir telur yang berkisar di angka 40.000-60.000. Kelebihan lainnya yaitu, lele sangkuriang kebal terhadap penyakit dan menghasilkan daging dengan rasa yang lebih gurih.

Ikan Lele Phyton

Persilangan lele dumbo lokal dan lele Thailand menghasilkan ikan lele phyton. Habitat lele ini adalah di sungai dengan arus tenang seperti kolam, danau, atau rawa dengan kadar oksigen rendah. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki organ pernafasan tambahan di depan insangnya.

Ciri fisik lele phyton, yaitu mempunyai kulit berlendir dengan pigmen hitam, mulut lebar, memiliki 8 kumis, sirip tunggal di punggung, ekor, dan dubur, serta sepasang sirip di daerah dada dan perut. Mereka dapat hidup dengan baik di kolam tanah yang berlumpur atau lempung.

Ikan Lele Mutiara

Jenis ikan lele mutiara merupakan hasil persilangan dari lele dumbo, sangkuriang, dan phyton. Dinamakan mutiara karena laju pertumbuhannya 10-40% lebih cepat. Selain itu, masa pertumbuhannya hanya berkisar 40-80 hari.

Ikan ini memiliki nilai FCR rendah, yaitu 0,8-1,0 sehingga pakan yang diberikan sudah efektif untuk pertumbuhannya. Jadi, produktivitasnya cenderung tinggi. Tahap pembesarannya 20-70% lebih tinggi dari jenis yang lainnya.

Ikan Lele Masamo

Pertama kali dikenalkan oleh PT. Matahari Sakti Mojokerto pada 2013 bahwa lele masamo adalah hasil pengumpulan sifat berbagai plasma nutfah lele dari berbagai negara. Sifat lele ini adalah kepalanya lebih lonjong, patil lebih tajam, berwarna kehitaman, dan saat terkena stres akan muncul keputih-putihan atau keabu-abuan di tubuhnya.

Masamo juga dikenal lebih agresif dengan nafsu makan yang kuat. Adanya sifat tersebut mengharuskan pembudidaya memiliki manajemen pakan yang bagus. Jika tidak, maka bisa berakibat kanibalisme. Untuk itu diperlukan pengelolaan pakan lebih mudah, para pembudidaya dapat mengolah pakan menjadi pelet menggunakan mesin pelet ikan. Mesin tersebut memiliki operasional yang mudah sehingga tidak menghambat pekerjaan lainnya.

Ikan Lele Mandalika

Instalasi Balai Benih Ikan Batu Kumbung, Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan hibridisasi lele sangkuriang betina dan lele masamo jantan. Hasilnya adalah lele mandalika yang diklaim lebih menguntungkan daripada jenis lain di NTB.

Jenis lele ini cocok dan adaptif dibudidaya di dataran rendah maupun dataran tinggi. Mereka mampu memberikan peningkatan produksi sebesar 33,55% dengan FCR hanya 0,7-0,9%. Selain itu, tingkat kelangsungan hidupnya mencapai 90% sedangkan tingkat kematiannya hanya sekitar 10%.

Dari pembahasan di atas, apakah para pembudidaya sudah menentukan jenis ikan lele yang sesuai dengan keinginan kalian? Kurang lengkap rasanya jika hanya memilih jenisnya saja, kamu juga harus mengetahui pentingnya pemberian pakan pada ikan lele. Untuk mengoptimalkan pemberian pakan, kamu bisa mengolahnya menjadi pelet yang berkualitas dengan mesin yang ditawarkan oleh Zvezda Industries. Langsung saja cek zvezda.id untuk informasi lengkapnya!